Hasil Dan Mutu Produksi Karet Indonesia
Tetes – tetes getah pohon karet (Hevea brasiliensis) menjadi sangat berharga ketika teknologi mampu mengubahnya menjadi aneka barang industri. Berbagai Negara pun lalu mengusahakan karet sebagai tanaman perkebunan.Di Indonesia total luas perkebunan karet mencapai tiga juta hektar. Sayangnya perkebunan yang luas ini belum optimal produksinya dengan kata lain tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap perkaretan dunia. Buktinya, Negara Malaysia dan Thailand dengan luas perkebunan yang lebih sempit mampu menyaingi produksi karet alam Indonesia. Bukan hanya dalam hal jumlah produksi tersaingi, tetapi juga menyangkut rendahnya mutu dan kualitas produksi karet alam Indonesia di pasaran dunia.
Indonesia pernah menguasai pasaran karet alam Internasional pada era pasca – Perang Dunia II. Waktu itu boleh dikatakan sebagian besar dipasok oleh Indonesia (sebagai produsen karet utama dunia). Sayangnya posisi tersebut tidak diikuti dengan langkah – langkah penunjang seperti :
pengelolaan kebun karet dikatakan kurang baik;
perluasan kebun karet kurang dilakukan;
peremajaan tanaman – tanaman karet tua hampir tak dipikirkan;
penyadapan yang berlebihan / teknik penyadapan;
situasi politik dalam negeri masih kurang stabil;
lembaga penelitian karet Malaysia berhasil menemukan klon – klon baru yang memiliki kemampuan produksi jauh di atas jenis – jenis karet yang diusahakan di Indonesia;
kualitas sumber daya manusianya.
Harus diakui hasil dan mutu produksi karet alam Indonesia masih rendah. Sekiranya masih mengharapkan devisa terus mengalir dari tetes getah pohon karet maka peningkatan hasil dan mutu produksi harus dilakukan, bagaimana caranya? Itu semua tidak terlepas dari penanganan perkebunan karet, pengelolaan serta pengolahan yang baik. (BBPPTP)